Sejarah Berdirinya Kota Bandung – Kota Paris van Java
Kota Bandung pada zaman Hindia-Belanda memiliki nama resmi “Bandoeng” ini bisa ditelusuri pada tahun 1488, yaitu ketika Bandung saat itu menjadi ibukota dari kerajaan Pajajaran. Meski begitu, bukti arkeologis menuliskan bahwa jauh dulu kala, salah satu tipe spesies Homo erectus pernah hidup di tepi sungai Cikapundung dan sekitar danau tua Bandung.Perjalanan Berdirinya Kota Bandung
Sejarah berdirinya kota Bandung yang juga dikenal sebagai Kota Kembang dan Parijs van Java ini mulai tercatat saat pemerintahan kolonial Hindia-Belanda tiba di Indonesia. Herman Willem Daendels yang saat itu menjadi gubernur jenderal memerintahkan pembangunan sarana dan prasaranan untuk area ini melalui surat keputusan tanggal 25 September 1810, dimana tanggal itu kemudian menjadi hari jadi kota Bandung
Selain sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat, Bandung juga dikenal sebagai sebuah kota metropolitan terbesar di sana. Dengan lokasi yang terletak 140 km dari tenggara Jakarta, Bandung juga memegang peringkat kota terbesar ketiga, dikalahkan oleh Jakarta dan Surabaya berdasarkan jumlah penduduknya. Di Bandung, terdapat pula sebuah universitas teknik yang pertama berdiri di Indonesia, yaitu Technische Hoogeschool te Bandung yang sekarang lebih dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung (ITB). Banyak hal-hal bersejarah yang terjadi di kota ini seperti lokasi pertempuran pada masa kemerdekaan dan pada tahun 1955 menjadi lokasi dilangsungkannya Konferensi Asia-Afrika, dimana pada masa itu pertemuannya menyuarakan semangat anti Kolonialisme oleh Belanda. Pada konferensi itu juga, Jawaharlal Nehru yang saat itu merupakan Perdana Menteri India berpidato tentang Bandung yang merupakan ibu kotanya Asia-Afrika.
Sejarah berdirinya kota Bandung juga tidak lepas dengan penamaan nama kota itu sendiri. Asal-usul kata “Bandung” adalah dari kata bendung atau bendungan, dimana hal ini dikarenakan lava gunung Tangkuban Perahu membendung sungai Citarum, yang kemudian menghasilkan sebuah telaga. Menurut legenda yang diceritakan oleh para orang-orang yang sudah tua di Bandung, nama “Bandung” berasal dari sebuah kendaraan air yang digunakan R.A. Wiranatakusumah II yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Bandung untuk mencari tempat kedudukan kabupaten bersama Ci Tarum. Jika dilihat dari filosofi Sunda, kata itu sendiri berasal dari sebuah kalimat sakral mengandung arti ajaran Sunda, dan ngabandungan yang berarti “bersaksi”.
Pada abad ke-17 dan ke-18, VOC mendirikan sebuah area perkebunan kecil di sebuah area Bandung yang subur dan makmur. Karena ini, pada tahun 1786 kemudian dibangun sebuah jalur suplai yang menghubungkan Jakarta, Bogor, Bandung, Cianjur, Cirebon, dan Sumedang. Pada tahun 1809, Louis Napoleon yang saat itu adalah pemimpin Belanda dan koloni-koloninya memerintahkan Daendels untuk meningkatkan sistem pertahanan pulau Jawa agar mereka bisa bertahan melawan ancaman dari Inggris. Daendels kemudian membangun sebuah jalan sepanjang 1000 km yang menghubungkan pantai barat dan timur Jawa, dan karena bagian utara dari Jawa Barat pada masa itu masih dipenuhi oleh kubangan dan rawa, jalan yang dibangun tadi dialihkan menuju Bandung dan diberi nama Jalan Asia-Afrika ketika selesai pada tahun 1810.
Sejarah berdirinya kota Bandung mulai merah karena darah ketika pada tahun 1945, Laskar Hitam, sebuah kelompok milisi menculik dan membunuh Otto Iskandardinata. Memang, sejak bulan Oktober 1945, banyak kelompok ekstrimis Islam di Jawa Barat yang bertujuan membentuk negara Islam di Indonesia. Korban dari kelompok yang serupa adalah: Poerdiredja yang merupakan bupati Priangan, Oekar Bratakoesoemah yang menjadi walikota Bandung, dan Niti Soemantri yang adalah pemimpin Komite Nasional Indonesia (KNI) di Priangan.
Menyusul Politionele Acties (“aksi polisi”) yang dilakukan oleh pemerintah Belanda, meluncur sebuah ultimatum dari militer Inggris yang memerintahkan kombatan-kombatan di Bandung untuk mundur, dan berhasil mengembalikan kondisi menjadi sedikit aman. Pada 24 Maret 1946, kombatan-kombatan yang akan meninggalkan kota Bandung memberi jawaban pada ultimatum Inggris ini dengan cara membakar bagian selatan Bandung.
Pada bulan Januari tahun 1950, sekelompok pasukan pemberontak yang bernama Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) melakukan serangan terhadap markas Tentara Inodnesia Divisi Siliwangi di Bandung. Pasukan yang dipimpin oleh Raymond Westerling dari Belanda dan Raja Sultan Hamid II dari Kalimantan ini menewaskan letnan kolonel Lembong dan 93 pasukan Indonesia lainnya. Pada tanggal 24 Januari, sehari setelah kejadian, pasukan ini mencoba menyerang Jakarta, namun kalah setelah terjadi pertempuran di Pacet dan Sultan Hamid II berhasil ditangkap meskipun Westerling berhasil kabur ke Singapura.
Pada tahun 1955, Bandung menjadi kota yang pertama kali menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika. Ada 29 pemimpin negara yang menghadiri konferensi ini, yaitu: Nehru dari India, Nasser dari Mesir, Tito dari Yugoslavia, Nkrumah dari Ghana, U Nu dari Myanmar, dan beberapa negara lainnya. Di tahun ini juga dipilih sebuah badan parlemen baru bernama Konstituante yang dibuat demi menciptakan konstitusi baru menggantikan UUDS1950. Setelah bertahun-tahun tanpa hasil, pada 5 Juli 1959 badan ini dihapuskan oleh Presiden Soekarno.
Sejarah berdirinya kota Bandung juga diwarnai oleh masalah rasial, yaitu pada 10 Mei 1963 dimana terjadi sebuah kecelakaan antara 2 sepeda motor di kampus ITB. Yang terlibat dalam kecelakaan kecil ini adalah seorang mahasiswa etnis Tionghoa dan Indonesia, dimana akhirnya kecelakaan ini merembet menjadi personal dan rasis. Pemimpin Dewan Mahasiswa ITB pada masa itu seperti Muslimin Nasution, Siswono Yudohusodo, dan Sutjipto menjadikan kejadian tersebut sebagai gerakan awal melawan etnis Tionghoa. Akhirnya, Muslimin dan rekannya ditangkap oleh kepolisian, dan dihukum 3 tahun penjara karena memulai kerusuhan tersebut.
Demikian sejarah singkat berdirinya Kota Bandung, semoga artikel diatas dapat menambah ilmu dan wawasan anda tentang kota bandung yang ternyata mempunyai cerita dibalik munculnya kota tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar